Longsor di Garut, 6 Tewas, 80 Hilang
Sekurangnya enam orang dipastikan tewas dan 80 orang hilang akibat tertimbun banjir lumpur dan bukit yang longsor di Desa Kadungora, Kampung Bojong Jambu, Kecamatan Mandalasari, Kabupaten Garut Jawa barat Rabu (29/1) dini hari, menyusul hujan lebat di kawasan itu.
Petugas kepolisian dibantu masyarakat sampai saat ini masih mencari sedikitnya 80 orang yang diperkirakan terjebak dalam lumpur akibat longsor tadi malam sekitar pukul 20.30 wib. Sementara itu para petugas telah menemukan korban 6 orang tewas dan 20 orang luka berat dan ringan.
Para relawan menemukan kesulitan dalam pencarian para korban, karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana berupa sekop, cangkul dan linggis.
Di antara korban yang meninggal adalah: Kisanak, Ny Tonah (40), Ny Tarnah (43), kemudian tiga laki-laki yang belum diketahui identitasnya. Di antara yang luka-luka adalah: Enden (8) Ny.Yatmah (67), Cacad (12) H Unen (70), dan Torik (64).
Tanah longsor juga memutuskan jalur rel kereta api lintas Selatan. Menurut Kahumas PT KAI Daops II Bandung Ahmad Sujadi, ada sembilan titik pada jalur Bandung-Tasikmalaya KA yang terputus karena terjadi longsor dan banjir diantaranya KM 200 +05 antara Bumi Waluya terus Lebak Jeruk. Sedangkan jalur yang paling parah adalah antara Rancaekek sampai Haurpugur.
Tanah sekitar KM 176 hilang sampai kedalaman 1 meter dan bantalan relnya sepanjang 5 meter hanyut terbawa air. Akibatnya, tiga KA yang semestinya berangkat pagi dan siang ini terpaksa diputar ke Cikampek dan Cirebon di antaranya KA Argowilis, KA Lodaya dan KA Kahuripan. Sedangkan KRD jurusan Bandung-Cicalengka hanya dioperasikan sampai stasiun Rancaaekek.
Sampai tadi malam ada lima rangkaian KA yang tertahan di stasiun seperti KA Pasundan (Surabaya-Bandung) tertahan di stasiun Leles, KA Serayu (Banjar-Jakarta) tertahan di stasiun Cibatu dan KA Lodaya tertahan di stasiun Bumi Waluya.
”Segera setelah surut, akan dilakukan pengerasan bantalan rel dengan alat khusus,” kata Sujadi.
Untuk perbaikan itu, sekitar 50 orang yang tergabung dalam tim perbaikan telah diberangkatkan dari Bandung. ”Diharapkan siang ini normal kembali,” harap Sujadi.
Sementara itu, Pemprov Jabar mapun Pemkab Garut yang sedianya mendatangkan peralatan berat hingga tadi pagi belum mencapai lokasi yang berjarak sekitar 15 km ke arah tenggara dari kota Garut karena sulitnya medan.
Data yang didapat dari Kabag Binmas Polwil Priangan AKP Edi Harianto bahwa longsor tanah tersebut akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Bojong Jambu dan sekitarnya, Karena derasnya air tidak mampu menampung dan akhirnya air menggelontor ke bawah bersamaan lumpur dari atas Gunung Manadalawangi.
Sedikitnya 141 KK atau 611 jiwa malam itu langsung diungsikan baik oleh pemerintah desa dan kecamatan ke tempat yang lebih aman. Hingga berita ini diturunkan aparat kepolisian dan dibantu aparat setempat terus menggali lumpur yang menenggelamkan 20 rumah penduduk. Para penghuninya diperkirakan terjebak dalam lumpur.
Putus Total
Sementara itu, banjir melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Pelalawan dan Indragirihulu (Riau) sejak sepekan terakhir, ini akibat dibukanya pintu waduk PLTA Kotopanjang. Akibatnya jalan Lintas Timur Sumatra hingga Rabu (29/1) belum bisa dilalui karena air telah menggenangi permukaan jembatan Pangkalan Kerinci di Kecamatan Pangkalankuras, Kabupaten Pelalawan.
Wakil Gubernur Riau Drs RA Aziz kepada SH di kantornya Rabu (29/1), menyebutkan pihaknya belum bisa memastikan banjir yang melanda kedua daerah tingkat II itu akibat dibukanya pintu waduk PLTA Koto Panjang di Kabupaten Kampar. Namun ia mengaku memperoleh kabar bahwa debit air di waduk tersebut telah naik melampaui ambang batas.
”Memang kami mendapat informasi ketinggian air kini telah melebihi ambang batas. Kami khawatir jika debit air naik 15 centimeter saja, waduk itu akan jebol,” kata Aziz. Ia menambahkan, jika hal itu terjadi, maka banjir yang lebih besar tidak dapat dihindari karena ketinggian waduk PLTA itu mencapai 68 meter.
Menurutnya, jika ketinggian sampai seratus meter air di danau buatan itu sudah sampai ke Desa Buluh Cina sebelah Selatan, maka pihaknya meminta pihak PLTA untuk mencarikan jalan keluar dari permasalahan tersebut. Jika memang diperlukan, pintu waduk dibuka tetapi secara bertahap dengan debit air yang tidak terlalu membahayakan desa-desa di sekitar PLTA Kotopanjang.
Menanggapi permintaan itu, staf PLN Pusat, Ramses menyatakan pihaknya belum bisa memberikan komentar seputar membuka pintu waduk tersebut karena itu wewenang PLN setempat. ”Ya, kami konfirmasikan dulu kepada petugas operasional yang ada di sini,” kata singkat.
Ongkos Naik
Dampak terputusnya jalan Lintas Timur Sumatera kini menyebabkan naiknya ongkos tujuan Pekanbaru-Rengat dan Pekanbaru-Tembilahan. Karena kendaraan terpaksa memutar dulu melalui Lintas Barat Sumatera via Kota Talukkuantan. Akibatnya jarak tempuh bertambah dan otomatis ini menambah biaya bagi pengusaha angkutan bus/travel.
Jika melewati Lintas Timur, jarak tempuh antara Rengat-Pekanbaru dapat ditempuh lebih kurang 3,5 jam. Tetapi jika melewati Lintas Barat (Lintas Tengah) jarakat Pekanbaru-Tembilahan menjadi enam jam lebih. Begitu juga rute Pekanbaru-Tembilahan ibukota
Kabupaten Indragirihilir yang sebelumnya dapat ditempuh dalam delapan jam kini menjadi 12 jam. Sehingga peruhaan angkutan bus/travel ke kedua jurusan tadi terpaksa menaikkan ongkos antara Rp10 sampai Rp15.000,- dari ongkos biasanya.
”Kami terpaksa menaikkan ongkos ke Tembilahan yang semula Rp 65.000,- menjadi Rp 80.000,-. Karena mobil berputar dulu ke Talukkuantan yang jaraknya bisa empat jam dan itu menambah ongkos bensin kami,” kata Ny. Yanti (42), pemilik travel PO Putri Inhu.
Sementara itu, empat korban yang hanyut terbawa banjir di Rengat, Kabupaten Indragirihulu ditemukan tim SAR. Keempat korban tersebut Siti Aisyah bin Kisman (6) dan Ahmad (5), warga Desa Sungai Redang, Kecamatan Rengat Barat, Franky (10), warga Desa Sungai Kuantan, Kecamatan Peranap serta Raja Amran (53), warga Desa Pasar Kemilau, Kecamatan Rengat.
Disusun Oleh : Dadan H
Kelas : XI Ipa 1
SMAN 1 LIMBANGAN
GARUT - Jalan Raya Garut-Pameungpeuk yang berada di Kampung Babakan Nangka Desa Sukanagar Kecamatan Cisompet terputus sekitar 30 meter akibat tertimbun longsor tebing setinggi 20 meter, pada siang tadi. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Menurut Camat Cisompet Lilis Neti, terjadinya longsor itu diakibatkan oleh hujan deras yang mengguyur selama 9 jam mulai Minggu 5 Oktober malam.
"Selain merobohkan tebing hingga menutupi jalan, juga merusak pondasi rumah warga sepanjang 8 M setinggi 3,5 M milik Wawan (40)," ungkap Lilis, Senin (6/10/2008).
Namun, lanjut Lilis, berkat kesigapan petugas Satlak PBP dibantu masyarakat setempat, bongkahan tanah setinggi setengah meter berhasil dibersihkan. Sehingga jalur tersebut sudah dapat kembali normal dilalui sekitar pukul 15.00 WIB.
"Jalan tersebut dapat dilewati kendaraan setelah proses evakuasi selama 3 jam bergotong royong bersama masyarakat setempat ," imbuhnya.
Sementara itu, kendati tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun kerugian yang dialami Wawan sekitar Rp 16 juta.
Longsor
Di Garut, ratusan warga dari lima desa di Kecamatan Bungbulang mengungsi ke sejumlah tempat aman akibat tanah longsor menyusul hujan deras selama 20 jam. Kelima desa tersebut adalah Desa Mekarjaya, Wangunjaya, Gunamekar, Tegallega, dan Mekarbakti.
"Waktu kejadiannya terjadi pada Selasa malam pukul 22.30 hingga keesokan harinya (Rabu, Red)," ujar Camat Bungbulang, Aah Anwar Saefuloh, kemarin.
Saat kejadian, kata Aah, ada beberapa unit rumah yang sudah rata dengan tanah. Rumah tersebut adalah milik Dedi Rustandi (35), Ruhiyat (35), dan Iwan (25). Mereka warga Kampung Cijahe, Desa Mekarbakti.
Warga masih mengungsi hingga kemarin karena khawatir ratusan rumah di lima desa itu bakal roboh. Di Desa Mekarjaya saja, kata Aah, sebanyak 48 KK atau lebih dari 240 jiwa masih mengungsi ke luar desa.
Aah menjelaskan, longsor terjadi di dua titik di Kampung Cikawung dan Cipurat, Desa Mekarjaya, sehingga rumah rata oleh longsoran. Di wilayah ini, tepatnya di RT 03 Kampung Ciparat, puluhan bangunan tempat tinggal milik 31 KK terancam roboh. Di RT 01, bangunan milik 17 KK juga terancam roboh.
Di Desa Wangunjaya, longsor juga mengakibatkan jalan amblas sepanjang 100 meter serta memutuskan saluran air Cianda yang habis terkikis sepanjang 50 meter. "Di sana, satu bangunan rumah serta satu bangunan huler juga ikut rata dengan tanah," katanya.
Di Desa Gunamekar, tanah longsor mengakibatkan lahan sawah seluas satu hektare ikut tertimbun sehingga dikhawatirkan terjadi gagal panen. "Di Desa Tegallega, longsor mengakibatkan jalan amblas, jembatan ambrol, dan tiga rumah roboh," terangnya.
Di Kampung Cijahe RT 03/10, Desa Mekarbakti, longsor mengakibatkan tiga unit rumah roboh dan longsor menimbun lahan seluas 6.000 meter persegi yang membuat akses ke daerah ini menjadi sulit.
Menurut Aah, pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk merelokasi rumah-rumah yang terkena longsoran. Aah juga mengatakan pihaknya masih memperbaiki saluran-saluran air yang rusak, termasuk sarana jalan, melalui kerja sama dengan Dinas Bina Marga.
"Namun yang pasti, hingga saat ini kami masih terus melakukan upaya evakuasi kepada mereka yang rumahnya terancam roboh, menunggu petunjuk lebih lanjut dari Pemerintah Kabupaten,"
Longsor di Garut
Awal Januari 2003 bencana Longsor terjadi Mandalawangi di Garut. Bencana tersebut menewaskan tidak kurang dari 15 orang dan puluhan rumah rusak berat. Longsor terjadi karena rusaknya hutan sebagai wilayah penyangga. Tahun 1990 luas hutan di Jabar mencapai 791.519 hektar atau sekitar 22% dari seluruh luas Jabar, jumlah tersebut menyusut drastis hingga 323.802 hektar tahun 2002 atau sama 9 % dari luas keseluruhan daratan di Prov. Jabar yang 3.555.502 hektar. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah, dan Jabar terus akan rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor.
Longsor di Garut
Garut - 3 Rumah dan 2 hektar sawah gagal panen akibat bencana banjir dan tanah longsor di Garut, Jawa Barat. Bencana alam ini terjadi akibar hujan deras yang turun sejak Minggu 26 Oktober malam.
Bencana longsor itu dialami warga Kampung Babakan Kadu, Desa Sukamaju, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut Jawa Barat, Senin (27/10/2008).
"Untung tidak ada korban jiwa, karena 1 jam sebelum longsor warga sudah meninggalkan rumah, akibat tanah yang terus bergetar," ungkap Kepala Desa Sukamaju, Asep Wawan.
3 Rumah warga yang hancur berada di sisi tebing setinggi 50 meter. Sebelumnya kejadian, tidak terlihat tanda-tanda akan longsor.
"Ini peristiwa yang pertama kali di Kampung Babakan Kadu " tambah Asep.
Para korban saat ini mengungsi di rumah kerabatnya masing-masing. Mereka mengaku bingung dan mengharapkan bantuan untuk membangun kembali rumah mereka yang kini rata dengan tanah.
CHATBOX
Quickpost this image to Myspace, Digg, Facebook, and others!
Get your own Chat Box! Go Large!
http://www.focus.co.id/images/yahoo-icon.png
04 Februari, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar